Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 April 2020

Mengenal Pendekar Nasional | Cut Nyak Dhien

Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari usaha para tokoh perintis kemerdekaan dalam mengusir penjajah dari Tanah Air tercinta. Penting bagi generasi ketika ini untuk mengetahui dongeng atau kisah usaha para satria nasional.

Mengenal satria nasional sanggup dijadikan contoh bagi generasi bangsa semoga termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai usaha para pahlawan. Dengan demikian dibutuhkan generasi bangsa ini nantinya turut membentuk ketahanan nasional. Seperti yang sering kita dengar dan kita baca, “Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Dan salah satu cara menghargai satria ialah dengan membaca kisah hidup dan perjuangannya.

Ada berbagai satria Indonesia. Salah satunya ialah Cut Nyak Dhien, satria nasional dari Aceh. Beliau ialah pejuang perempuan yang tangguh. Berikut ulasan perihal profil dan biografi Cut Nyak Dhien.
Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari usaha para tokoh perintis kemerdekaan dalam me Mengenal Pahlawan Nasional | Cut Nyak Dhien

Biodata Cut Nyak Dhien

Nama : Cut Nyak Dhien
Lahir : Aceh Besar, 1848
Wafat : Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908
Orang Tua : Teuku Nanta Seutia
Suami : Ibrahim Lamnga, Teuku Umar
Anak : Cut Gambang

Biografi Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien dilahirkan di Lampadang, Kerajaan Aceh pada tahun 1848. Ia terlahir dari kalangan keluarga bangsawan. Ayahnya berjulukan Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang, yang juga keturunan dari Datuk Makhudum Sati. Ibu Cut Nyak Dhien ialah putri uleebalang Lampagar. Cut Nyak Dhien

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien memperoleh pendidikan pada bidang agama yang dididik oleh orang bau tanah ataupun guru agamanya serta pendidikan rumah tangga yaitu memasak, melayani suami, dan kehidupan sehari-hari.

Di masa kecil, Cut Nyak Dhien ialah gadis yang anggun sehingga banyak pria yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka mempunyai satu anak laki-laki.

Perang Aceh

Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, dan eksklusif sanggup menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler ketika itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira

Perang Aceh pertama terjadi pada tahun 1873-1874 dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya sanggup dipatahkan, di mana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873.

Perang Aceh kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten. Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai sentra pertahanan Belanda. Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bab dari Kerajaan Belanda.

Perang Aceh ketiga (1881-1896). Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah dan berlangsung hingga tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah komando Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.

Pernikahan Cut Nyak Dhien dengan Teuku Umar

Darah pejuang menggelora di dalam diri Cut Nyak Dhien semenjak final hidup suami pertamanya, Teuku Cik Ibrahim Lamnga gugur diterjang peluru Belanda pada tahun 1878 di sebuah pertempuran di kawasan Gletarum. Teuku Ibrahim Lamnga merupakan suami pertama Cut Nyak Dhien yang telah menikahinya semenjak umur 12 tahun. Cut Nyak Dien kemudian bersumpah hanya akan mendapatkan pinangan laki laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas final hidup Teuku Ibrahim Lamnga.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, sesudah sebelumnya Beliau dijanjikan untuk sanggup ikut turun di medan peperangan jikalau bersedia mendapatkan lamaran tersebut. Dari ijab kabul dengan Teuku Umar ini, Cut Nyak Dhien mempunyai seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.

Teuku Umar ialah kemenakan ayahnya, seorang pejuang Aceh yang cukup disegani oleh Belanda. Sejak ketika itu, Cut Nyak Dhien selalu berjuang Bersama suaminya. Dalam usaha menghadapi Belanda, Teuku Umar bersiasat dengan berpura pura bekerja sama dengan Belanda untuk memperoleh pasokan senjata dan amunisi serta perlengkapan perang lainnya. Sementara itu di satu sisi, Cut Nyak Dhien tetap berjuang melawan Belanda di kampung halaman Teuku Umar.

Teuku Umar balasannya kembali bergabung dengan para pejuang Aceh lainnya dengan membawa persenjataan dan amunisi yang didapatkan dari Belanda, dan melancarkan pemberontakan melawan Belanda.

Pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam sebuah pertempuran di Meulaboh, namun Cut Nyak Dhien tetap melanjutkan perjuangannya dengan bergerilya bersama pasukan kecilnya di hutan-hutan. Cut Nyak Dhien tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang disebutnya kapheer (kafir).

Cut Nyak Dhien Melanjutkan Perjuangan Melawan Belanda

Perjuangan yang berat dengan cara gerilya keluar masuk hutan menimbulkan kondisi pasukan dan kesehatan dirinya menurun. Cut Nyak Dhien terkena encok dan rabun pada matanya. Hal ini menciptakan seorang dari salah satu pasukannya merasa iba, dan kemudian melaporkan posisi keberadaan Cut Nyak Dhien kepada Belanda dengan persyaratan Cut Nyak Dhien harus diperlakukan dengan terhormat, bukan sebagai penjahat perang. Belanda pun menyetujuinya. Markas persembunyian Cut Nyak Dhien diserang dan Cut Nyak Dhien ditangkap.

Cut Nyak Dhien mendapatkan perlakuan yang baik serta perawatan sehingga sakitnya berangsur sembuh.  Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memperlihatkan efek yang berpengaruh terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan beberapa pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang.

Pada tanggal 6 November 1908 Cut Nyak Dhien meninggal dunia alasannya ialah usianya yang sudah lanjut di tempat pengasingannya di Sumedang, Jawa Barat. Pemerintah Republik Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Cut Nyak Dhien menurut SK Presiden RI No.106/1964

Mengenal Sultan Syarif Kasim Ii Dari Siak Riau

Masa penjajahan Belanda tidak hanya meninggalkan kenangan pahit bagi bangsa Indonesia. Selain diliputi suasana peperangan yang mencekam, ternyata ada cerita cinta yang menakjubkan. Cerita ini tiba dari Kesultanan Siak Sri Indrapura Riau yang kala itu populer sangat loyal terhadap Indonesia dan mempunyai sosok pemimpin yang dicintai rakyat.
Masa penjajahan Belanda tidak hanya meninggalkan kenangan pahit bagi bangsa Indonesia Mengenal Sultan Syarif Kasim II dari Siak Riau
Kesultanan Siak ketika itu dipimpin oleh Sultan Syarif Kasim II, pemimpin yang disebut-sebut bisa mencuri hati perempuan sekelas Ratu Wilhemina, sosok superior baik di negerinya Belanda maupun di Hindia Belanda atau Indonesia ketika dijajah Belanda.

Konon, Ratu Wilhelmina ini jatuh cinta kepada Sultan Syarif Kasim II alasannya yaitu sosoknya yang gagah, rapih, cerdas, dan cinta rakyat. Sifat itulah yang kemudian merebut perhatian sang ratu ketika berkunjung ke Siak. Selain mempunyai sifat yang menawan itu, Sultan Syarif Kasim II juga terlihat tampan dan necis ketika muda.
Masa penjajahan Belanda tidak hanya meninggalkan kenangan pahit bagi bangsa Indonesia Mengenal Sultan Syarif Kasim II dari Siak Riau
Bukti kecintaan Wilhemina pada Sultan Syarif Kasim II yaitu banyaknya barang Wilhelmina sebagai kenang-kenangan termasuk patung berbentuk dirinya yang ketika itu masih muda. Sebagai kenang-kenangan Ratu Wilhemina kemudian meminta patung Sultan Syarif Kasim II untuk dibawa pulang ke Belanda. Namun akhirnya, cerita cinta Ratu Wilhemina pada Sultan Syarif Kasim II tak berakhir senang alasannya yaitu cintanya dipisahkan oleh perbedaan agama.

Sebenarnya ibarat apa sih sosok sultan dari Riau yang bisa merebut hati Ratu Wilhelmina? Berikut ini ulasannya.

Sultan Syarif Kasim II


Sultan Syarif Kasim II dilahirkan di Siak pada tanggal 1 Desember 1893. Beliau merupakan Sultan yang terakhir dari Kesultanan Siak Sri Indrapura, sebuah Kesultanan Melayu Islam, dan sekarang Sultan Syarif Kasim II Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Internasional di Pekanbaru, Propinsi Riau.

Berawal pada tahun 1915, Sultan Syarif Kasim II diangkat sebagai Sultan Siak yang berkedudukan di Siak Sri Indrapura. Sekarang Siak merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Riau dan masuk kedalam kawasan segitiga pertumbuhan (growth triangle) Indonesia – Malaysia- Singapura. Sebagai aristokrat yang kaya raya , Sultan Syarif Kasim II pernah mengikuti pendidikan aturan dan tata negara di Jakarta.

Setelah Sultan Syarif Kasim II diangkat sebagai Sultan Siak, Beliau menolak untuk mengakui perjanjian yang pernah dibentuk oleh sultan-sultan terdahulu dengan Pemerintah Belanda yang menyatakan  bahwa Kerajaan Siak yaitu milik Pemerintah Belanda yang dipinjamkan kepada keluarga Sultan.

Sultan Syarif Kasim II yang berpikiran maju berusaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakatnya. Dia pun kemudian mendirikan sekołah-sekolah berbahasa Belanda dan Melayu. Di samping itu, murid-muridnya yang cerdas dan berbakat diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di kota-kota besar, ibarat Jakarta dan Medan.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II menyatakan bahwa Kerajaan Siak yaitu merupakan bab dari negara Republik Indonesia. Beliau ikut memperlihatkan kontribusi moril dengan mengajak para sultan yang ada di Sumatera untuk bergabung dengan Pemerintah RI. Beliau juga memperlihatkan kontribusi materil dengan menyumbangkan hartanya sebanyak 13 juta gulden untuk membantu jalannya pemerintahan RI.

Ketika  Belanda melancarkan Agresi Militer I dan II yang dilanjutkan dengan membentuk negara-negara federal (negara boneka), Sultan Syarif Kasim II yang pada ketika itu sedang berada di Aceh, melalui pidatonya di radio, memerintahkan kepada segenap penduduk Siak untuk tetap setia kepada Pemerintah RI serta menolak pembentukan Dewan Siak oleh Belanda.

Sultan Syarif Kasim II bahkan terus aktif membantu pejuang RI untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara menyediakan materi makanan untuk tentara dan pejuang-pejuang RI yang bertempur melawan Belanda maupun yang bertugas melaksanakan penumpasan terhadap gerombolan pemberontak. Demikian juga untuk Pemerintah RI yang ketika itu dipindahkan di Yogyakarta, Syarif kasim dengan rela menyumbangkan sebagian harta kekayaannya.

Sultan Syarif Kasim II meninggal dunia di Rubai, Pekanbaru, 23 April 1968 dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mesjid Siak. Untuk menghormati jasa-jasa Sultan Syarif Kasim II menurut Surat Keputusan Presiden RI. No. 109/TK/ 1998, Pemerintah menganugerahkan gelar jagoan nasional kepadanya.

Jumat, 05 Mei 2017

Sejarah Kedatangan Belanda Di Indonesia Dan Pembentukan Voc

Indonesia yakni negara yang kaya akan sumber daya alam. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa. Hal inilah yang menciptakan banyak bangsa dari penjuru dunia tiba ke Indonesia untuk mencari materi rempah-rempah. Mereka yang tiba ke Indonesia sebagian besar para pelaut dan pedagang dari negara-negara Eropa. Para pedagang tersebut awalnya hanya berniat berdagang saja dengan penduduk Indonesia, begitu mengetahui kekayaan alam Indonesia, mereka berubah niat ingin menguasai Indonesia.

Penjajahan Belanda di Indonesia

Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang dilakukan oleh beberapa negara absurd menyerupai Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang. Namun, Belanda yakni penjajah yang paling usang berkuasa di Indonesia. Mereka menjajah Indonesia selama sekitar 350 tahun.

Awal Kedatangan Bangsa Belanda


 

Bangsa Belanda tiba pertama kali ke Indonesia pada tanggal 22 Juni 1596. Mereka mendarat di pelabuhan Banten sehabis berlayar di lautan selama 14 bulan. Armada Belanda ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman. 

Semula kedatangan mereka ini disambut baik oleh penduduk Banten. Tetapi, lama-lama Belanda memperlihatkan perilaku yang serakah, kasar, dan sombong. Mereka memaksa rakyat Banten untuk menyediakan lada dan tidak mau membayarnya. Hal inilah yang mengakibatkan rakyat Banten mengusirnya. 

Akhirnya dengan terpaksa Belanda harus menyingkir dari Banten. Orang-orang Belanda lalu berlayar ke Bali. Namun armada Belanda di Bali tidak mendapat sambutan dengan baik. Akhirnya mereka memutuskan kembali ke Eropa dengan tangan hampa serta menanggung kerugian yang sangat besar.
Indonesia yakni negara yang kaya akan sumber daya alam Sejarah Kedatangan Belanda di Indonesia dan Pembentukan VOC
Cornelis de Houtman
Tahun 1598 untuk kedua kalinya Belanda tiba di Banten. Armada ini dipimpin oleh Jacob Van Neck dan Van Warwijck. Sikap mereka lebih ramah daripada sebelumnya sehingga kedatangan mereka ini disambut dengan baik. Dan sebab sudah bersikap ramah, orang Indonesia mengizinkan mereka berdagang. Orang Belanda semakin banyak yang tiba ke Indonesia. Pelayaran bangsa Belanda yang kedua ini berhasil mendapat hasil yang sangat memuaskan. Mereka pulang ke negeri Belanda dengan kapal-kapal yang dipenuhi rempah-rempah.

Pembentukan  VOC

Terbukanya jalur perdagangan di Indonesia mengakibatkan munculnya persaingan diantara para pedagang, baik dengan Belanda sendiri maupun dengan pedagang Eropa lainnya. Mereka bersaing untuk membeli rempah-rempah sebanyak-banyaknya dari indonesia.

Pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda mendirikan persatuan dagang atau kongsi dagang yaitu Perkumpulan Dagang Hindia Timur (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang disingkat VOC. Tujuan utama didirikannya VOC yakni untuk memenangkan persaingan dagang dan mendapat laba yang sebesar-besarnya. Pimpinan VOC disebut gubernur jenderal. Gubernur jenderal VOC yang pertama yakni Pieter Both.

Indonesia yakni negara yang kaya akan sumber daya alam Sejarah Kedatangan Belanda di Indonesia dan Pembentukan VOC
 Pieter Both
Untuk memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memperlihatkan hak istimewa (hak Octrooi) kepada VOC.
Berikut ini yang menjadi hak-hak istimewa VOC:
- hak untuk memonopoli perdagangan
- hak untuk memungut pajak
- hak untuk mempunyai tentara sendiri
- hak untuk menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan kerajaan di tempat yang dikuasainya
- hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri
- hak untuk mengumumkan perang dengan negara lain
- hak untuk mengadakan pemerintahan sendiri

Setelah berhasil mendirikan organisasi VOC, kelompok pedagang Belanda menjadi semakin tertarik untuk menguasai daerah-daerah nusantara. Awalnya, kegiatan VOC hanya berdagang saja. Akan tetapi, lama-lama VOC berusaha menguasai perdagangan (monopoli). Untuk mewujudkan maksud tersebut, VOC membentuk tentara pasukan, mencetak uang sendiri, dan mengadakan perjanjian dengan raja setempat.

Di Maluku VOC melaksanakan acara Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku semoga tidak menjual rempah-rempah kepada pedagang lain. Untuk mempertahankan harga, VOC juga memerintahkan penebangan pohon rempah-rempah milik rakyat. VOC memperlihatkan eksekusi berat kepada rakyat yang melanggar hukum monopoli.

Pusat-pusat perdagangan yang berhasil dikuasai VOC yakni Ambon, Jayakarta, dan Banda. Pusat perdagangan Jayakarta direbut Belanda pada masa Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Ia pun mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Coen lalu membangun kota Batavia dengan gaya Belanda. Kantor VOC yang awalnya ada di Ambon dipindahkan ke Batavia.
Indonesia yakni negara yang kaya akan sumber daya alam Sejarah Kedatangan Belanda di Indonesia dan Pembentukan VOC
Jan Pieterszoon Coen
VOC yang melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Artinya rempah-rempah dari rakyat Indonesia hanya boleh dijual kepada VOC dengan harga yang sangat murah. Tindakan ini sangat merugikan rakyat Indonesia. Monopoli perdagangan VOC dilakukan dengan cara kekerasan terhadap penduduk yang berasal dari tempat penghasil rempah-rempah di Indonesia.

Selain itu, mereka juga melarang dan mengancam orang-orang bukan Belanda apabila ingin berdagang dengan para penduduk lokal dari tempat penghasil rempah-rempah. Misalnya saja ketika para penduduk Banda mencoba menjual biji pala kepada orang Inggris, Belanda menyerang dan membunuh semua penduduk Banda tersebut.

Akhirnya, Belanda memutuskan untuk mengisi tempat Banda dengan budak-budak dan pekerja-pekerja lain untuk menghasilkan biji pala. Karena ulah VOC tersebut, mereka harus menghadapi persoalan politik dan berperang dengan para pemimpin di tempat Banten dan Mataram.

Pembubaran VOC

Pada awal masa ke-18, keadaan mulai berubah. Perdagangan rempah-rempah tidak lagi banyak menguntungkan. Indonesia tidak lagi menjadi satu-satunya penghasil cengkih, lada, dan pala sebab negara-negara pedagang rempah-rempah menjadi berkurang. Setelah hampir 200 tahuh berkuasa di Indonesia, VOC mengalami kebangkrutan.

Penyebab kebangkrutan VOC
1. Banyak pejabat VOC melaksanakan korupsi dan hidup mewah.
2. VOC harus menanggung biaya perang yang sangat besar.
3. Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
4. Para pegawai VOC melaksanakan perdagangan gelap.
5. Hutang VOC yang semakin menumpuk.

Pada Tanggal 31 Desember 1799, alhasil VOC resmi dibubarkan oleh pemerintah Belanda. Pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan pribadi oleh pihak pemerintah Kerajaan Belanda. Semua hutang VOC ditanggung oleh Kerajaan Belanda. Sejak ketika itulah, Indonesia diperintah langsung  oleh pemerintah Belanda. Pemerintahan Kerajaan Belanda atas wilayah Indonesia ini berlangsung hingga tahun 1942. Pemerintah Belanda di Indonesia dinamakan Pemerintahan Hindia Belanda.

Demikianlah uraian singkat wacana Sejarah Kedatangan Belanda di Indonesia dan Pembentukan VOC. Semoga bermanfaat.

Kamis, 30 Maret 2017

Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Bangsa

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 1 Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 jo Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 jo Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar 1945, harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Proses Perumusan Pancasila

Sebagai dasar negara serta ideologi bangsa, Pancasila tidak serta merta ada begitu saja. Pancasila yang telah diterima secara luas harus melalui proses yang panjang dan pelik. Proses ini begitu sensitif dan sanggup mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama hingga dengan pelopor istilah Pancasila.

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa

Proses perumusan Pancasila berawal pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam Bahasa Jepang nya dikenal dengan nama Dokuritsu Junbi Coosakai. BPUPKI ialah tubuh bentukan Jepang yang didirikan tanggal 1 Maret 1945 diketuai oleh Radjiman Widyodiningrat, wakil ketua Ichibangase Yosio dan RP. Suroso serta anggota yang berjumlah 60 orang.

Selama dibentuk, BPUPKI hanya bersidang sebanyak dua kali, yaitu:
a. Masa Sidang I tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
b. Masa Sidang II tanggal 10 Juli - 16 Juli 1945

a. Masa Sidang I tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
Sidang pertama BPUPKI berlangsung pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 membahas perumusan dasar negara. Beberapa anggota BPUPKI diminta untuk memberikan proposal mengenai bahan-bahan konstitusi dan calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang tersebut, tampil tiga tokoh pembicara untuk memaparkan gagasannya mengenai rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Ketiga tokoh tersebut ialah Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno

Tokoh-tokoh Perumus Pancasila

Berikut ini ialah para tokoh perumus Pancasila sebagai dasar negara beserta gagasannya.

1. Mr. Mohammad Yamin


Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin memberikan seruan dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.

Rumusan Pidato
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Tertulis
Selain berpidato, Muh. Yamin juga memberikan proposal secara tertulis mengenai rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh. Yamin berbeda dengan rumusan dalam pidato, rumusan tertulis yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat budi dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Dr. Soepomo


Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa

Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo juga memberikan rumusan dasar negara, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

3. Ir.Soekarno


Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa

Pada tanggal 1 Juni 1945 , Ir.Soekarno memberikan pidatonya di hadapan sidang BPUPKI. Dalam pidato tersebut diajukan oleh Ir.Soekarno secara ekspresi proposal lima asas sebagai dasar Negara Indonesia yang akan dibuat yaitu:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan;
3. Mufakat atau Demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial; dan
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Usul Sukarno bahu-membahu tidak hanya satu melainkan tiga buah proposal calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara republik Indonesia yang dikemukakan Ir. Soekarno yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia - atau nasionalisme -
2. Internasionalisme - atau peri-kemanusiaan -
3. Mufakat - atau demokrasi -
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara republik Indonesia yang dikemukakan Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar). Pidato Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang pertama dan tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI juga membentuk sebuah panitia kecil dan Panitia Sembilan yang tugasnya ialah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan seruan secara tertulis paling lambat hingga dengan tanggal 20 Juni 1945.

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

Adapun anggota Panitia Sembilan ini terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin

b. Masa Sidang II tanggal 10 Juli - 16 Juli 1945
Sidang pertama BPUPKI telah selesai, namun rumusan dasar negara Indonesia belum terbentuk. Oleh alasannya ialah itu pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat adonan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Dasar Negara yang dikenal dengan nama Panitia Sembilan.

Pada alhasil Panitia Sembilan melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “ Piagam Jakarta atau Jakarta Charter”.

Piagam Jakarta

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ideologi bangsa sebagaimana Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa

Ir. soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Sembilan kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan Indonesia Merdeka yang disebut dengan Piagam Jakarta. Menurut Piagam Jakarta, dasar negara Republik Indonesia ialah :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab ,
3. Persatuan Indonesia ,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat budi dalam permusyawaratan perwakilan ,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perubahan Piagam Jakarta

Undang-undang Dasar dirumuskan dengan memakai Piagam Jakarta sebagai konsep perumusannya termasuk perumusan dasar negara yang dikenal dengan nama Pancasila. Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggota PPKI terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang wakil dari jawa, 3 wakil dari sumatera, 2 orang wakil sulawesi, dan seorang wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk cina. Tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi sehingga anggota PPKI berjumlah 27 orang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, sehabis upacara proklamasi kemerdekaan, tiba berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut ialah sebagai berikut:
Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary, wakil dari Maluku

Para utusan tersebut berkeberatan dan mengemukakan pendapat perihal bab kalimat dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang juga merupakan sila pertama Pancasila yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menyerupai yang terdapat dalam Piagam Jakarta. Hal ini mengingat agama yang ada di Indonesia tidak hanya agama Islam saja.

Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta kemudian mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Mohammad Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan alhasil bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

Rumusan final ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI ialah yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh nasihat budi dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Perubahan Piagam Jakarta merupakan bentuk kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila. Sikap yang ditampilkan oleh para tokoh pendiri negara pada ketika merumuskan Pancasila diantaranya: menghargai perbedaan pendapat; mengutamakan kepentingan bangsa dan negara; mendapatkan hasil keputusan bersama; dan mengutamakan persatuan dan kesatuan.

Dari uraian di atas, terlihat begitu besar usaha para tokoh bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Mereka sangat memikirkan masa depan bangsa dengan merumuskan Undang-Undang Dasar 1945 dan dasar negara Pancasila. Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara terdapat nilai-nilai juang dan sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai juang para tokoh yang patut diteladani antara lain:
a. Mementingkan kepentingan umum (bangsa) daripada kepentingan pribadi.
b. Memperjuangkan dan menegakkan hak asasi manusia.
c. Rasa cinta tanah air yang tinggi.
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan.

Demikianlah pembahasan perihal Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa. Semoga bermanfaat.